Beruntung atau Sial?

By | November 9, 2018

Saya prnh nanya begini kpd bbrp orang peserta pelatihan: “Misalnya anda bangun terlambat menuju ke bandara.Secara kalkulasi jelas gak bakalan kekejar, tp anda teruskan itu perjalanan ke bandara. 

Eh lha kok macet parah. menurut anda sial atau beruntung ?

Peserta : “Sial pak … Udah bangun telat eh kena macet”

Saya : “Lha … Ternyata pesawat anda delay penerbangannya 4 jam. Shg anda bisa naik pesawatnya, alias enggak ketinggalan. Ini anda sial / beruntung ?”

Peserta : “Wah ya beruntung pak”
Saya : “Nah di ruang tunggu yg sama, ada orang yg mengejar kerjasama bisnis. Kalau terlambat ia kehilangan proyek bernilai milyaran rupiah.

Gara2 delay pesawatnya, dia kehilangan proyek itu. Menurut anda, orang itu sial / beruntung ?”

Peserta : “Sial pak”

Saya: “Nah, tapi beberapa bln kmdn. Ternyata teman orang itu, yg memenangkan proyek krn orang itu pesawatnya delay, ternyata temannya kena tipu milyaran rupiah.

Gara2 pesawat delay 4 jam, orang itu tdk kena tipu.

Orang itu sial / beruntung ?”

Peserta : “Ya beruntung pak”
Dari percakapan di atas, nampak bhw sebenarnya penilaian kita atas peristiwa bisa berubah seiring waktu.

Ya, seiring wkt, lalu ada kejadian lain setelahnya, maka judgement kita atas peristiwa, bisa berbalik 180°.

Sebuah peristiwa yg kita katakan sial pd wkt, 6 bln, 1 thn, 10 thn mendatang, bisa jadi malah kita syukuri.
Mungkin saja, ada kejadian pagi ini, kemaren, 1 thn lalu, 5 thn lalu yg msh sulit anda terima. “Beruntung dimananya? Jelas jelas saya disakiti?”.

Mungkin begitu penilaian anda. 

Tapi, lihat saja seiring wkt berlalu.

Krn semua hal dlm hidup tdklah tetap.

Semuanya mengalir.

Semuanya berubah.
Penderitaan dimulai, saat Kita kaku dlm menilai. Kita terus menerus memegang penilaian atas peristiwa yg tdk enak.

Dan menutup mata, thdp peristiwa kelanjutannya. Yg mana sebenarnya peristiwa kelanjutannya itu, menjelaskan fungsi dr peristiwa tdk enak yg sblmnya.
Kita akan tersesat di Jakarta, kalau menelusuri kota Jakarta thn 2015, dng menggunakan peta Jakarta thn 1950.

Kita perlu mengupdate peta kota Jakarta yg kita miliki.

Krn Jakarta terus berubah.
Kita pun akan tersesat dlm hidup, saat kita tdk mengupdate peta penilaian kita atas peristiwa. 

Kita melihat orang, dng peta penilaian jadul. Kita menilai peristiwa dng peta yg kadaluarsa. 

Bisa jd orang yg kita benci 5 thn lalu, skrg dia berubah 180° jd orang baik.

Lalu mengapa msh jd penderitaan kita ?

Krn kita msh memegang erat peta lama dlm menilai orangnya.
Mari kita update peta kehidupan kita.
By Andre Antariza.